PMS (Premenstrual Syndrome) atau Sindrom Pra Menstruasi adalah gejala fisik, psikis/emosional dan tingkah laku yang sering terjadi sebelum siklus menstruasi pada wanita. Gejala-gejala PMS ini terjadi 7 - 14 hari sebelum datangnya haid dan akan hilang bila mulai haid.
PMS terjadi pada siklus menstruasi wanita di setiap usia, biasanya pada wanita usia 14 - 50 tahun. Gejala PMS yang terjadi pada tiap wanita bervariasi dan terjadi berubah-ubah pada tiap wanita dari bulan ke bulan. Berdasarkan riset dapat diidentifikasikan ada 180 gejala umum PMS dan yang paling sering dilaporkan adalah :
PMS terjadi pada siklus menstruasi wanita di setiap usia, biasanya pada wanita usia 14 - 50 tahun. Gejala PMS yang terjadi pada tiap wanita bervariasi dan terjadi berubah-ubah pada tiap wanita dari bulan ke bulan. Berdasarkan riset dapat diidentifikasikan ada 180 gejala umum PMS dan yang paling sering dilaporkan adalah :
GEJALA FISIK
- Sakit kepala /Migrain
- Perut kejang/kembung
- Sembelit/diare
- Sakit punggung/pinggang
- Kram pada kandung kemih
- Fatigue (letih/lelah/lesu)
- Payudara nyeri, membengkak dan mengeras
- Gangguan tidur
- Sendi atau otot lemas
- Timbulnya jerawat
- Pembengkakan tungkai kaki/lutut
- Retensi/tertahannya cairan tubuh di payudara, tungkai kaki, lutut, otak (yang menyebabkan payudara, tungkai kaki, lutut membengkak dan sakit kepala)
- Kenaikan berat badan dan lain sebagainya
GEJALA PSIKIS/EMOSIONAL DAN TINGKAH LAKU
- Perubahan nafsu makan, nafsu makan meningkat (khususnya jenis makanan yang manis, asin) atau sebaliknya menjadi kurang nafsu makan
- Mudah tersinggung, mudah marah, mood berubah-ubah
- Menangis tiba-tiba
- Perubahan libido
- Pelupa
- Cemas, depresi, gangguan konsentrasi, agresif
PENYEBAB PMS ?
Penyebab pasti dari PMS belum dapat diketahui secara jelas, berdasarkan riset medis yang telah dilakukan penyebab PMS mengarah pada perubahan tingkat hormon yang terjadi pada masa sebelum haid. Salah satunya adalah peranan dari hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron. PMS terjadi pada rentang waktu hidup antara pubertas dan menopause, masa ketika ovarium bekerja untuk menghasilkan hormon estrogen. Wanita yang tidak berovulasi tidak mengalami PMS dan biasanya setelah mengalami kehamilan wanita akan sembuh dari PMS.
Riset menunjukan bahwa PMS menjadi lebih bermasalah di awal dan akhir fase siklus reproduksi (yaitu pada pubertas dan menopause) dan saat masa kehamilan dan kelahiran anak seperti saat siklus menstruasi pada awalnya. (www.midlife-passages.com)
Beberapa teori penyebab PMS : (www.SixWise.com)
• Berhubungan dengan hipoglikemia (kadar gula darah rendah yang abnormal/hypothyroid)
• Berhubungan dengan hormon pituitari, prostaglandin, dan neurotransmitter di otak
• Karena kurang asupan vitamin B, Kalsium dan Magnesium
Penyebab pasti munculnya sindrom ini memang belum jelas. Beberapa teori menyebutkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Teori lain mengatakan, karena hormon estrogen yang berlebihan (estrogen dominan). Salah satu kemungkinan yang kini sedang diselidiki adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.
PMS biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid.
Faktor - Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya PMS
- Wanita yang pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima).
- Status perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum)
- Usia (PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30 - 45 tahun)
- Stres (faktor stres memperberat gangguan PMS)
- Diet (faktor kebiasaan makan, seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala PMS)
- Kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS
- Kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS)
Tipe PMS dan gejalanya
Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. 80% gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan.
PMS tipe A (anxiety)
Ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
PMS tipe H (hyperhydration)
Memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
PMS tipe C (craving)
Ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.
PMS tipe D (depression)
Ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Penyebabnya karena rendahnya kadar neurotransmitter di sistem saraf pusat. Ini karena peningkatan gangguan neurotransmiter sebagai hasil dari penurunan kadar estrogen (Kontras dengan PMS A yang menunjukkan hasil yang berlawanan). Turunnya pengeluaran estrogen ovarian dihubungkan pada suatu peningkatan dorongan tekanan pada sekresi androgen adrenal dan progesteron. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D.
PMS tipe D murni
Disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.
Untuk mengatasi PMS, biasanya dokter memberikan pengobatan diuretika untuk mengatasi retensi cairan atau edema (pembengkakan) pada kaki dan tangan. Pemberian hormon progesteron dosis kecil dapat dilakukan selama 8 - 10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif estrogen. Pemberian hormon testosteron dalam bentuk methiltestosteron sebagai tablet isap dapat pula diberikan untuk mengurangi kelebihan estrogen. (Intisari On the Net, Dr. Elvina Karyadi, MSc, Ahli Gizi Masyarakat, SEAMEO Tropmed UI).
Di tubuh setiap wanita terdapat hormon pria dan hormon wanita yang diatur seimbang secara alami oleh tubuh. Adapun peningkatan level hormon pria menyebabkan peningkatan prolaktin (hormon yang bertanggung jawab atas produksi ASI) menyebabkan keterlambatan ovulasi dan menurunkan level progesteron yang menyebabkan PMS. Studi yang dilakukan di Duke University, Univ of South California dan banyak institusi yang lain menunjukkan bahwa dengan menekan ovulasi juga dapat menekan PMS (dengan menghambat kelenjar pituitari dengan estrogen) .
Kita tahu bahwa gejala fisik pada PMS dapat juga disebabkan oleh suatu gangguan yang disebut “Endometriosis” yaitu suatu keadaan yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormon dimana jaringan yang menyerupai dan beraksi seperti lapisan rahim berada di luar rahim dalam tulang panggul. Saat menstruasi, jaringan ini mengalami pendarahan ringan. Darah mengiritasi jaringan yang terdekat yang menimbulkan rasa sakit.
Sebagai tambahan banyak masalah kesehatan yang terkait dengan PMS yang dapat menyebabkan gejala yang sama. Sebagai contoh, perubahan fibrositas payudara, yang berupa benjolan (bukan kanker) payudara menjadi bengkak dan sakit dan makin sensitif, payudara membengkak sering terjadi saat PMS. Kesimpulannya, definisi mekanisme PMS terjadinya penyebab PMS dapat disederhanakan bahwa PMS merupakan hasil dari kurang sempurnanya proses ovulasi. Kondisi ini menghasilkan suatu ovulasi yang kurang sempurna merupakan hasil dari ketidakseimbangan hormon. Penelitian menyimpulkan definisi ini dengan penemuan yang menunjukkan bahwa respon PMS mungkin disebabkan karena cara estrogen dan progesteron (hormon menstruasi) berinteraksi dengan senyawa kimia lain yang dihasilkan oleh otak.
Ada bukti baru yang menunjukan bahwa rendahnya kadar serotonin, suatu senyawa kimia penting yang diproduksi oleh otak mungkin pada kenyataannya merupakan penyebab utama respon PMS. Serotonin adalah pemain kunci yang berperan pada banyak proses tubuh dan siklus. Serotonin membantu siklus tidur dan metabolisme karbohidrat dan mempengaruhi pengaturan dari estrogen dan progesteron. Wanita dengan PMS disebabkan karena memliki kadar serotonin yang rendah dan bervarietas – suatu kondisi yang dapat menyebabkan ovulasi tertunda atau lebih awal dan memicu suatu ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Yang perlu digaris bawahi bahwa serotonin mempengaruhi ovulasi dan suatu ovulasi yang kurang sempurna menurunkan kadar serotonin di otak yang menyebabkan siklus yang hebat yang dikenal sebagai PMS.
Penjelasan mengenai “Ovulasi yang kurang sempurna” memperkuat terapi hormon yang sukses digunakan untuk menekan dan mengatur ovulasi dan mengkoreksi ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan gejala PMS. Dan sejak stres dikenal dapat mengacaukan pola ovulatori, teori ini menempatkan stres suatu faktor utama pada penyebab PMS.
Suatu Siklus
Siklus menstruasi yang biasanya terjadi adalah 28 hari. Pada pertengahan siklus (sekitar hari ke-14), produksi dari LTH-Luteinizing Hormon (Hormon yang bertanggung jawab terhadap ovulasi) menekan, yang memicu ovulasi. Selama masa separuh ke-2 dari siklus menstruasi (sekitar hari ke-14 sampai hari ke-28), jika keseimbangan hormon estrogen dan progesteron stabil, maka PMS tidak akan muncul. Bagaimanapun bila kadar progesteron tidak normal, kadar serotonin dapat dipicu menjadi turun dan tertekan.
Selama apa yang saya definisikan sebagai suatu siklus mensruasi yang abnormal. Ada suatu perubahan pada pola sekresi kelenjar pituitari (sebuah kelenjar utama di otak yang memproduksi hormon yang dapat merangsang tiroid, kelenjar adrenalin, ovarium, otot halus dan ginjal). Ini mengubah pola sekresi kelenjar pituitari yang akan menyebabkan hormon menekan kejadian yang lain terlalu awal (sekitar hari ke-11) atau lebih lambat (sekitar hari ke-18). Selama waktu ini, kadar progesteron juga akan menurun dibandingkan dengan kadar estrogen. Ketidakseimbangan ini menyebabkan gejala PMS yang menganggu bahkan terasa sakit.
PMS dan Keinginan Menekan
Ada suatu teori yaitu gejala umum PMS seperti peningkatan untuk mengkonsumsi karbohidrat disebabkan karena kadar serotonin yang rendah. Teorinya adalah saat kadar serotonin rendah, otak mengirim sinyal ke tubuh untuk makan karbohidrat, dimana untuk merangsang produksi serotonin dari yang alami dengan asam amino building block. Pada kasus ini wanita ingin mengetahui mengapa nafsu makan mereka menjadi tidak terkontrol dan semangat hilang selama PMS, semua faktor sekuat kekuatan senyawa kimia otak dan produksi hormon mempengaruhi tingkah laku dan nafsu makan secara psikis .
Seorang penderita PMS menceritakan ,”Saya bengkak, kembung dan BB saya meningkat 5-10 pounds setiap bulannya. Bahkan saya memiliki pakaian khusus yang saya simpan saat PMS tiba. Saya merasa gemuk dan mengembang, dan rasanya seperti ada monster kelaparan dalam tubuh saya yang sangat ingin untuk diberi makan. Segera saat menstruasi mulai, monsternya juga pergi, dan selera makan saya normal kembali. Bagaimanapun, tiap bulan adalah suatu siklus yang hebat. Dan ini makin menyulitkan saya untuk menstabilkan BB dan merawat suatu image tubuh yang positif.
Walaupun ada suatu pembuktian ilmiah bagi peningkatan nafsu makan dan mengidamkan makanan terkait dengan PMS, ada suatu nilai yang khusus berikut, diet khusus yang diatur secara perorangan bagi penderita PMS. Menolak gula, garam dan komposisi lemak umumnya membantu mengurangi kembung dan kenaikkan BB , juga menghindari kafein, gula, nikotin dan alkohol mengurangi iritasi dan meningkatkan pola tidur. Jenis makanan yang direkomendasikan bagi penderita PMS bervariasi dari tiap wanita, dan karena wanita yang mengalami PMS dapat memiliki kondisi utama lain seperti hipoglikemia dan tekanan darah tinggi, pengaturan dan penilaian khusus perlu diprioritaskan untuk membuat suatu rekomendasi makanan.
Apa Yang Dikerjakan Dalam Pengaturan PMS ?
Ada berbagai pilihan pengaturan, yang paling harus diperhatikan adalah berhati-hati dalam memonitor gejala individu. Karena siklus menstruasi dan gejala PMS bervariasi, maka penyebabnya harus dikenali terlebih dahulu sebelum mengambil suatu tindakan penyembuhan. Alasan dari perhatian adalah efek yang paling positif dapat memperpendek hidup dan pengaturan variasi dibutuhkan untuk hasil yang baik untuk dilanjutkan.
Sebuah artikel di New England Journal of Medicine menemukan bahwa wanita yang menderita PMS juga sering didapatkan memiliki kondisi tiroid rendah. Kondisi ini dapat tak tertutup oleh tes yang dikhususkan, dan pengaturan dari kondisi tiroid yang rendah dapat mengurangi gejala PMS.
Latihan aerobik yang teratur (sesi 1 jam 3-5 kali seminggu) adalah suatu hal bermanfaat dan dapat mengurangi gejala PMS karena dapat meningkatkan produksi dari endorfin (pembunuh rasa sakit alami tubuh), dimana hal ini dapat meningkatkan kadar serotonin. Latihan aerobik yang teratur juga mengurangi stres dan meningkatkan pola tidur yang teratur. Vitamin dan suplemen mineral khususnya vitamin B6 dan E juga kalsium dan magnesium sering efektif untuk mengurangi gejala PMS seperti payudara sensitif dan kembung. Teknik relaksasi tertentu seperti latihan menarik nafas dalam-dalam atau visualisasi dan bio-feedback juga bukti terapetik dalam pengurangan gejala PMS. Latihan fisik meningkatkan tone simpatetik, suatu kondisi yang menurunkan detak jantung dan mengurangi sensasi cemas.
Bagi beberapa wanita penderita PMS, pengobatan dengan obat yang diresepkan merupakan hal yang sangat efektif dalam pengaturan respon tiap individu. Sebagai contoh, Spironolakton, suatu pengobatan yang menghambat hormon yang bertanggung jawab terhadap kembung dan kenaikan BB, dapat menyembuhkan gejala PMS ini dan mengurangi akibat penimbunan air. Pengobatan tekanan darah dikenal sebagai beta blocker bekerja berlawanan dengan kerja adrenalin pada tubuh dan telah terbukti efektif dalam pengaturan serangan rasa cemas yang terkait dengan PMS.
Pada kasus tertentu, terapi pengaturan kelahiran – dalam bentuk kontrasepsi oral – digunakan untuk menekan dan mengatur juga mengurangi gejala PMS secara keseluruan. Sejak progesteron sintetis digunakan sebagai pil pengatur kelahiran, telah menunjukan hal ini merupakan penyebab PMS, perawatan yang besar dan pengalaman diperlukan dalam pengaturan terapi ini.
Pengaturan lain meliputi antidepresi seperti Prozac, Paxil, Sarafem dan Zoloft, yang meningkatkan kadar serotonin. Pengobatan ini terbukti sangat efektif dalam pengaturan gejala PMS karena mereka menghambat macetnya serotonin di otak dan meningkatkan jumlah serotonin saat ini.
Pada situasi yang jarang terjadi dimana gejala PMS makin bertambah parah, kondisi ini tidak teratasi dengan banyak pengobatan atau terapi lain dan saat kehamilan adalah bukan suatu hal yang obyektif, suatu prosedur pembedahan meliputi suatu pengangkatan separuh indung telur dapat disarankan. Hal ini pastinya baik pada kasus yang berat, pembedahan ini membuat wanita hidup bebas dari PMS.
Tiap wanita adalah unik – seperti keseimbangan hormon tubuh yang baik. Pengaturan dan penilaian PMS sebaiknya dilakukan oleh seorang dokter ahli yang berpengalaman dan mengkhususkan pada masalah ini. PMS tidak hilang secara instan. Akan selalu ada suatu hari yang baik, lebih baik dan paling baik, tetapi dengan mengontrol PMS dan mempelajari bagaimana hidup dalam kehidupan di bawah awan hitam PMS. Adalah sangat mungkin untuk belajar bagaimana merasa lebih baik sepanjang bulan. (www.midlife-passages.com)
PREMENSTRUAL DYSPHORIC DISORDER (PMDD)
Menurut American College of Obstetricians and Gynaecologist sedikitnya 85% dari wanita menstruasi mengalami paling sedikit 1 dari gejala PMS pada siklus menstruasi tiap bulannya. Mereka mengalami gejala PMS mulai dari yang ringan yang tidak membutuhkan perawatan hingga yang lebih parah bahkan yang lebih parah dari PMS yang disebut PreMenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). (womenshealth.gov US Dept of Health and Human Services, Office on Women’s Health)
Banyak kontroversi mengenai PreMenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) dan apakah hal ini merupakan suatu gangguan. PMDD meliputi seluruh gejala PMS tetapi lebih ekstrim dimana saat PMS wanita merasa sedih, saat PMDD wanita sampai merasakan keinginan untuk bunuh diri. Hal ini terjadi dimanapun pada 3% - 9% wanita.
“Hal ini adalah suatu kondisi biologis yang nyata dimana wanita yang mengalaminya membutuhkan perawatan khusus yang efektif,” demikian pernyataan dari Jean Endicott, PhD, Direktur Bagian Evaluasi PreMenstrual di Columbia Presbyterian Medical Center. (www.SixWise.com)
PMDD juga bisa diindikasikan sebagai gejala PMS yang sering terjadi pada wanita:
• Berusia 20 - 40 tahun
• Memiliki sedikitnya seorang anak
• Memiliki sejarah keluarga depresi
• Pernah mengalami sejarah depresi setelah melahirkan atau gangguan mood
PMDD juga dapat diindikasikan sebagai suatu bukti bahwa senyawa kimia otak yang disebut serotonin memegang peranan sebagai penyebab yang memperparah PMS.
Gejala-gejala utama PMDD yang dapat terjadi meliputi :
• Rasa sedih, tidak berdaya hingga keinginan untuk bunuh diri
• Rasa tertekan, gelisah
• Sering panik
• Mood yang berubah-ubah, tiba-tiba menangis tanpa sebab yang jelas
Bagaimanapun, sebagian ahli percaya dengan PMDD dan ahli yang lainnya menyatakan PMDD bukanlah suatu hal yang nyata, dan hal tsb menyebabkan wanita memang sangat membutuhkan perhatian dan perawatan. (womenshealth.gov US Dept of Health and Human Services, Office on Women’s Health)
Secara medis, ketidakteraturan ini sering diobati dengan memperkenalkan (seringkali buatan/sintetis) hormon ke dalam sistem tubuh wanita. Hormon-hormon dari luar ini akan mengatur siklus menstruasi dengan menolak atau mengesampingkan ritme alami tubuh. Namun Terapi Sulih Hormon (TSH) ini selain telah terbukti beresiko terhadap serangan jantung, kanker, strok dan lain sebagainya, penggunaan dalam jangka waktu yang lama juga akan membuat kemampuan tubuh untuk memproduksi hormon sendiri semakin menurun sehingga tubuh tidak mendapatkan suplay hormon sesuai kebutuhan.
Itulah sebabnya mengapa semakin banyak wanita memilih untuk meninggalkan TSH dan semakin banyak dokter yang merekomendasikan Lepidium Peruvianum Chacon sebagai suatu alternatif untuk mendapatkan keseimbangan hormon secara alami. Apa yang membuat Lepidium Peruvianum Chacon begitu efektif adalah bukan karena masuknya hormon dari luar, karena Lepidium Peruvianum Chacon memang bukan hormon dan tidak mengandung hormon, tetapi karena kemampuannya meningkatkan nutrisi kelenjar-kelenjar dalam tubuh untuk berfungsi optimal sesuai dengan persyaratan khas masing-masing individu.
Dengan kandungan 100% Lepidium Peruvianum Chacon organik, GINSENG PERU ORGANIK “FEMONA” menghadirkan seluruh khasiat dan manfaat Lepidium Peruvianum Chacon terutama pada peran besarnya dalam menyeimbangkan hormon tubuh serta khasiatnya dalam mengatasi berbagai gangguan karena ketidakseimbangan hormon termasuk berbagai gangguan pada siklus menstruasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar